Jumat, 12 Juni 2015

Preeklamsia by : Riska Utami



ASUHAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL
“PREEKLAMSI”




Disusun Oleh :
RISKA UTAMI
13.01.0241






AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA  BONDOWOSO
BONDOWOSO
2015







PREEKLAMSI

PENGERTIAN
1.      Pre-eklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (prof. Dr. Hanifa wiknjosastro, DSOG,dkk,1999:282)
2.      Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009).
3.      Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke tiga pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa. (Rukiyah, 2010).
4.      Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinnuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini, 2009).
5.      Pre eklamsia dapat dideskripsikan sebagai kondisi yang tidak dapat diprediksi dan progresif serta berpotensi mengakibatkan disfungsi dan gagal multi organ yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negative pada lingkungan janin. (Boyle M, 2007).
KLASIFIKASI
Menurut Mochtar (2007), Dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1.      Pre-eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut
a.       Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang: atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak 1 jam,sebaiknya 6 jam.
b.       Edema umum, kaki jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat badan ≥ 1 kg per minggu.
c.       Proteinuria kwantitatif  ≥ 0,3 gr per liter,kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2.      Pre-eklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a.         Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b.         Proteinuria ≥ 5gr per liter.
c.         Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
d.        Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e.         Terdapat edema paru dan sianosis.

PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN
Menurut Mochtar (2007) pada penderita preeklamasi dapat terjadi perubahan pada organ-organ, antara lain :
1.        Otak
Pada pre-eklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklamsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2.        Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklamsia dan eklamsiasering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaanya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematus.
3.        Ginjal
Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4.        Paru-paru
Kematian ibu pada pre-eklamsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan decompensasi cordis. Bisa pula karena terjadinja aspirasi pnemonia, atau abses paru.
5.        Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus di curigai terjadinya pre eklamsia berat. Pada eklamsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan odema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda pre-eklamsia berat adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri,atau di dalam retina.
6.        Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklamsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloit, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat dan pH darah berada berada pada batas normal. Pada pre-eklamsia berat dan eklamsia, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainya naik,sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkalidapat kembali pulih normal.
TANDA DAN GEJALA
1.      Hipertensi
Gejala yang terlebih dahulu timbul ialah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba, sebagai batas diambil tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, tapi juga kenaikan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg diatas tekanan yang biasa merupakan petanda.
Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 110 mmHg, tetapi jarang mencapai 200 mmHg. Jika tekanan drah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi asensial.
2.      Oedem
Timbulnya oedem didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan berat 0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per minggu atau 3 kg dalam satu bulan , preeklampsi harus dicurigai. Oedem ini tidak hilang dengan istirahat.
3.      Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam. Proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam.
4.      Gejala-gejala subyektif
         Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedem otak.
         Nyeri ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorhagia atau oedem atau sakit karena perubahan pada lambung.
         Gangguan penglihatan, penglihatan menjadi kabur. Gangguan ini disebabkan karena vasospasme, oedem atau ablasioretina.
DIAGNOSIS
Menurut Mochtar (2007), Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1.      Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala subjektif : sakit kepala didaerah frontal,nyeri epigastrium; gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia;  mual dan muntah. Gangguan serebral lainya : Oyong, reflek meningkat, dan tidak tenang.
2.      Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium.
KOMPLIKASI
1.      Rendahnya aliran darah ke plasenta
Jika plasenta tidak mendapat oksigen yang cukup, maka janin pun akan kekurangan oksigen dan kekurangan gizi, sehingga pertumbuhan bayi terhambat dan dapat lahir dengan berat badan rendah.
2.      Lepasnya plasenta dari rahim (Solusio Plasentae)
Preeklamsia dapat menyebabkan plasenta lepas dari rahim sehingga terjadi perdarahan hebat yang mengancam nyawa ibu dan janin.
3.      Sindroma HELLP
HELLP merupakan singkatan dari hemolisis (pecahnya sel darah merah), meningkatnya enzim hati, serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah . HELLP sindrom dapat secara cepat mengancam kehamilan. Gejalanya antara lain mual, muntah, nyeri kepala, dan nyeri perut bagian kanan atas.
4.      Eklamsia
Eklamsia adalah kejang yang disertai dengan tekanan darah tinggi dan terdapat protein pada urin. Merupakan komplikasi preeklampsia yang sangat berat dimana pasien dapat mengalami penurunan kesadaran.
Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada preeklamsia dan eklampsia:
1.             Solusio plasenta
2.             Payah: ginjal,jantung,paru disebabkan edema,lever oleh karena nekrosis
3.             Pendarahan otak
4.             Siendrom HELLP: hemolisis,eleved lever enzyms,low platelet
5.             Kematian ibu dan janin.
6.             Hypofibrinogenemia
7.             Kelainan mata
8.             Nekrosif hati.
9.             Kelainan ginjal.
10.         Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterina